Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
“Nyantri” ilmu Anti Mainstream Marketing Langsung dari “sumbernya” Bapak Abdullah Azwar Anas ( dari kota Santet menuju kota festival )
Salam jenggirat tangi...ya...inilah
kalimat pertama yang saya dengar saat memulai petualangan saya di kota nan eksotis ini, “mak jleb” ( kira kira begitulah
rasanya he he ), entah mengapa, tapi saya suka saja mendengarnya, penggunaan
kata jenggirat
berasa sangat energik.
Lho..gimana ceritanya
kok tiba tiba saya mengenal istilah itu ? he he...ya kali ini tampaknya Jalan garis tangan telah mengantarkan langkah saya
untuk mengemban “tugas negara” ini ke
ujung paling timur pulau Jawa dan Propinsi jawa timur yaitu Banyuwangi, artinya ke depan sepertinya
saya akan sering rela menghabiskan
malam malam saya untuk tidur di atas kereta api mutiara timur
( he he ) kok ? ya karena jarak Surabaya – Banyuwangi ternyata relatif
sangat jauh yaitu sekitar -/+ 307 Km
atau sekitar 6 – 7 jam perjalanan darat
dan itu saya lewati dengan menggunakan Kerata Api yang jadwal
pemberankatannya sekitar pukul 22.00 WIB dan baru sampai pukul 04.00...wow...tapi
it’s ok !
Jujur.. penugasan saya
di kota Sun Rise of Java ini
menyisahkan sedikit rasa penasaran, khususnya tentang cerita cerita yang
terlanjur beredar umum dan bahkan seolah telah menjadi stigma yang melekat dari kota ini, apa itu ? ya..apalagi
kalau bukan soal sisi mistisnya, tentunya
masih segar dalam ingatan kita tentang cerita yang sempat viral beberapa waktu
yang lalu soal desa penari ? nah itu
konon juga ada di Banyuwangi, sehingga
seolah cerita ini semakin menambah dag
dig dug hati he he.
Namun semangat dan
antusias saya dalam mengemban amanah ini bisa jadi akhirnya mengalahkan tumpukan “kegalauan” yang menggelayuti
fikiran saya, dan pada akhirnya dengan mengucap bismillah mantap saya
melangkah menuju bumi blambangan .”Jenggirat
Tangi”
O iya..Seminggu
setelah resmi bertugas di kota Gandrung ini, saya mendapatkan
kiriman paket yang isinya berupa sebuah buku, buku ini bukan sembarang buku, buku ini luar
biasa, bukan hanya karena warna sampulnya yang menarik ( merah he he ) tapi
judul dan penulisnya yang membuat saya Jenggirat Tangi, ya..buku ini adalah
hasil karya Bapak Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi dengan judul “ANTI MAINSTREAM MARKETING”
Dari judulnya saja buku
ini unik banget, membuat saya bertanya tanya dan tidak sabar untuk segera
membacanya, banyak hal yang berkecamuk dalam benak ini, apa sebenarnya isi buku
ini? Anti
mainstream seperti apa yang di tawarkan beliau? Kira kira adakah
relefansi yang bisa saya terapkan dari teori anti mainstream marketing ini untuk pekerjaan saya? Jujur ditengah
kesibukan saya sebagai orang baru di kota
osing ini, tidak sabar rasanya untuk langsung membacanya, untuk mengobati
penasaran saya, apa toh anti
mainstream marketing ala Pak Bupati ini ?
Sahabat, mungkin kita
semua tahu bahwa Banyuwangi ( terutama selama 10 tahun terakhir ini ),
tiba tiba menjadi kota yang sangat banyak dijadikan bahan rasan – rasan, bukan
karena julukan kota santetnya lho,
akan tetapi lebih karena begitu fenomenalnya Banyuwangi saat ini, bahkan di tengah pandemi covid seperti
sekarang ini, Banyuwangi relatif mampu menghadapinya dengan baik, dan salah
satu indikatornya adalah dengan adanya kunjungan Presiden Jokowi pada bulan Juli 2020, tentunya hal ini seolah
mengisyaratkan bahwa kota festival ini telah siap untuk jenggirat menyambut new normal.
Sebagai informasi dan
perlu diketahui bahwa berdasarkan riset terbaru, mengabarkan kalau sang
kota Gandrung ini, menduduki peringkat atas ( bersama Bali ) sebagai
daerah piihanan masyarakat untuk destinasi pariwisata di Indonesia setelah masa
pandemi ( new normal ),woww..kereen..lagi lagi ini membuktikan betapa
menariknya potensi wisata Bumi Blambangan di mata para wisatawan
Bak serorang artis, Banyuwangi saat ini telah menjelma
menjadi selebritis yang sangat terkenal dan viral bukan hanya lokal,
regional dan nasional namun sudah ke tingkat internasional, penggemarnyapun
bukan hanya dikalangan masyarakat umum, profesional, akan tetapi telah
merambah para kaum millenial.
Untuk menjadi Banyuwangi yang cantik dan elok serta
viral seperti saat ini, tentunya tidaklah mudah, pasti butuh kerja keras,
bahkan sangat keras untuk mewujudkannya, kolaborasi antara Pemerintah Daerah dan seluruh lapisan
masyarakatnya harus diciptakan dan
disinergikan ke arah harapan yang di cita citakan, dan untuk mencapai harapan itu pastinya butuh sosok
seorang leader yang ( tentunya )
bukan kaleng kaleng tapi sosok ini haruslah
seseorang yang luar biasa, bukan hanya berbekal kemampuan teknis semata, namun
harus mempunyai visi ke depan yang ekstrem dan berani.
Nah inilah salah
satu pendorong mengapa saya antusias menuju Banyuwangi, tidak lain karena saya ingin belajar lebih dekat dengan sang fenomenal Banyuwangi siapa lagi kalau bukan Bapak Abdullah Azwar Anas Bupati
Banyuwangi saat ini.
Mungkin tidak banyak
orang yang tahu sebelumnya tentang kota yang juga mempunyai julukan kota
pisang ini, konon dulu Banyuwangi
lebih di kenal karena nuansa mistisnya, dan ini menjadi
salah satu handicap yang secara tidak
langsung masuk ke fikiran setiap orang untuk takut ke Banyuwangi.
Banyuwangi juga tidak
begitu terkenal, karena lokasinya yang jauh dari mana mana ditambah lagi dengan
aksesnya yang terbatas, bahkan dulu kota penyu ini sempat mempunyai idiom
yang kurang nyaman yaitu sebagai tempat orang
untuk mampir kencing , bagi orang orang luar Banyuwangi yang mau masuk atau keluar Jawa, hiiii......
Namun dibalik itu
semua, sebenarnya kota Lumbung Padi ini
telah dianugrahi Allah dengan
berbagai kelebihan khususnya berupa berkah geografis, di sisi barat Banyuwangi punya pegunungan, kemudian lautan di sisi selatan, juga Hutan di
bagian utara, belum lagi taman nasional yang mengelilingi kota
petualangan ini, dan dengan potensi yang tidak dimiliki setiap
daerah ini, mestinya Banyuwangi bisa menjadi kota yang lebih hidup dan maju,
kondisi inilah yang pada akhirnya mengusik dan membuat seorang visoner seperti Bapak Abdullah Azwar Anas
merasa perlu dan tertantang untuk membalik semua paradigma negatif kota Banyuwangi
menjadi Banyuwangi yang seperti
sekarang ini.
Kesimpulannya adalah,
bahwa semua keberhasilan dan capaian Banyuwangi
saat ini, terletak pada bagaimana cara menjual dan memasarkan potensi Banyuwangi
ini ke khalayak, baik regional,
lokal, nasional bahkan masyarakat internasional, dan pasti tentunya itu tidak
lah mudah, nah disinilah muncul pemikiran bahwa semua itu harus dilakukan
dengan STRATEGI MARKETING, tapi
bukan strategi marketing biasa tapi
marketing yang tidak biasa, marketing yang anti
mainstream....!!!
Ada 20
jurus marketing anti mainstream yang ditawarkan
Bapak Bupati di buku ini, namun memang saya tidak membahas satu persatu jurus
jurus itu, tapi saya hanya mengambil benang merah yang menurut
saya sangatlah penting, apa itu ? bahwa untuk mewujudkan sebuah visi, harapan,
cita cita, mimpi atau apapun itu, harus di lakukan dengan point sebagai berikut :
Ø Fokus
Ø Strategi yang unik dan tidak
biasa ( out of the box ) atau antimaistream :
o
Jurus
Strategi Pemasaran ( marketing strategy )
o
Jurus
Inovasi Pemasaran ( marketing innovation
)
o
Jurus
Kepemimpinan Pemasaran ( marketing leadership )
FOKUS,
menjadi
Banyuwangi yang sekarang ini,
tentunya tidak bisa dilakukan dan tidak mungkin tercapai apabila tidak ada keseriusan
dan fokus tentang apa visi dan misi yang diharapkan, semua jajaran
mulai dari yang formal ( aparat Pemda ) sampai ke masyarakat ( tokoh agama, pelaku seni, UMKM dll ) semuanya
harus komintmen dan FOKUS akan
sasaran yang akan di tuju. Dengan FOKUS,
maka ibaratnya kita sudah membangun REL yang kuat dan lurus untuk
mengarahkan langkah fikiran dan tindakan kita ke satu tujuan, dengan fokus kita
tidak gampang terpengaruh dan berubah arah dan terus konsisten menuju goal
setting yang telah kita tetapkan.
Demikian halnya
dengan Banyuwangi, sasaran dan fokus
yang di bidik Bapak Bupati sektor PARIWISATA,
mengapa? Ya, Karena Pariwisatalah opportunity yang dimiliki Banyuwangi, dan Pariwisata adalah
sektor yang paling utama sebagai
penghasil multiplier effect yang
ujungnya mampu mewujudkan pemerataan kemakmuran, banyaknya wisata yang datang
ke Banyuwangi adalah kucuran rezeki
yang bisa dinikmati semua kalangan hingga rakyat di akar rumput sekalipun.
STRATEGI,
untuk mencapai hasil yang diharapkan, selain harus fokus tentunya harus dibarengi dengan action, namun action ini juga tidak bisa dilakukan secara biasa, kita
harus melakukan action ini dengan strategi. Namun strategi yang dipilihpun
harus strategi yang tidak biasa pula, dan buku ini menceritakan bahwa
keberhasilan Banyuwangi seperti
sekarang ini dikarenakan adanya strategi
dan cara yang tidak biasa atau anti mainstream,
bagaimana mungkin dalam kurun waktu yang relatif singkat bisa merubah citra
Banyuwangi menjadi jauh lebih baik, kalau tidak dilakukan dengan Strategi yang ekstrem dan tidak biasa
itu kuncinya.
Sahabat semua..apa
yang bisa kita pelajari dari buku ini, saya berfikir bahwa, pada dasarnya,
apapun pekerjaan kita, apapun peran kita, bahkan apapun posisi kita, apakah
kita seorang pemimpin atau bahkan seorang individu, dengan kapasitas besar,
sedang, bahkan rendahpun, pastilah
mempunyai tujuan, Keinginan, harapan, cita cita atau mimpi yang
harus
diusahakan untuk kita capai dalam menjalani kehidupan ini.
Memang tidaklah mudah,
itu semua butuh komitmen, dan kerja keras serta memberdayakan segala resourch yang kita miliki, namun itu
saja ternyata TIDAKLAH CUKUP semua
itu harus dilakukan dengan FOKUS dan melakukannya dengan CARA yang
tidak biasa, butuh kolaborasi strategi, inovasi dan mental kepemimpinan
yang terus menerus di pertahankan dengan komitmen dan konsistensi tingkat
tinggi serta mental seorang leader sejati . Hasil yang luar
biasa, tidak bisa di capai
dengan menggunakan cara cara yang biasa, strategi dan cara yang
kita lakukan harus luar biasa dan di luar kelaziman, meski itu tidaklah mudah,
itulah yang di sebutkan dengan strategi anti mainstream.
Untuk lebih jelas dan
detailnya segera dapatkan buku hebat ini, baca serta resapi, mudah mudahan
mampu memberi motivasi, wacana serta wawasan baru bagi kita, khususnya dalam
hal bagaimana kita meraih mimpi dan tujuan masing masing dengan focus dan cara
yang tidak
biasa ( anti mainstream )
Terakhir, saya merasa
beruntung, bahwa saat ini, selain bisa membaca buku ini, sekaligus berkesempatan
belajar langsung dengan penulisnya, Trima kasih Pak Anas atas
pencerahannya, terima kasih atas kesempatannya bagi saya untuk “nyantri”
langsung di Banyuwangi ini, semoga memberikan berkah buat kita semua..aamiin
salam jenggirat
tangi..
Komentar
Postingan Populer
MARKETING SEJATI ITU TIDAK MENJUAL “PRODUK” TAPI MENJUAL “KEPITING” ( CRAB )
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Salam Jenggirat tangi Pak
BalasHapuskulinernya juga luar biasa di Banyuwangi
BalasHapusArek Suroboyo WANI..💪💪💪
BalasHapusIsun Banyuwangi JENGGIRAT TANGI.💪💪💪