Langsung ke konten utama

Unggulan

MARKETING SEJATI ITU TIDAK MENJUAL “PRODUK” TAPI MENJUAL “KEPITING” ( CRAB )

      Sengaja kali ini saya makan siang di salah satu kedai yang agak sepi di kawasan pinggir kota banyuwangi, tidak banyak memang pengunjungnya, tapi di meja sebelah ada beberapa anak muda lagi asik ngobrol serius meski sesekali di iringi tawa canda penuh optimisme, sepertinya mereka lagi membahas tentang bisnis yang sedang mereka jalani, terdengar mereka bicara soal produk, saluran distribusi, sistem aplikasi termasuk juga kiat kiat bagaimana cara menjual   yang paling efektif.   Nah bicara soal cara menjual , tiba tiba saya teringat akan salah satu tulisan sang begawan marketing , Hermawan Kertaja dengan judul   “ cintai pelanggan dan hormati pesaing “ , saya mencoba mengingat kembali isi dari tulisan itu, dan saya kok pada akhirnya merasa bahwa marketing itu ternyata “tidak” melulu menjual produk semata , lantas apa yang di jual kalau bukan produk ? jawabnya adalah “kepiting” atau CRAB . Kok CRAB ? he he iya CRAB itu adalah kependekan...

“Nyantri” ilmu Anti Mainstream Marketing Langsung dari “sumbernya” Bapak Abdullah Azwar Anas ( dari kota Santet menuju kota festival )

                                                         

Salam jenggirat tangi...ya...inilah kalimat pertama yang saya dengar saat memulai petualangan saya di kota nan eksotis ini, “mak jleb” ( kira kira begitulah rasanya he he ), entah mengapa, tapi saya suka saja mendengarnya, penggunaan kata jenggirat  berasa sangat energik.

Lho..gimana ceritanya kok tiba tiba saya mengenal istilah itu ? he he...ya kali ini tampaknya Jalan garis tangan telah mengantarkan langkah saya untuk mengemban “tugas negara” ini  ke ujung paling timur pulau Jawa dan Propinsi jawa timur yaitu Banyuwangi, artinya ke depan sepertinya saya akan sering rela menghabiskan malam malam saya untuk tidur di atas kereta api mutiara timur ( he he ) kok ? ya karena jarak Surabaya – Banyuwangi ternyata relatif sangat  jauh yaitu sekitar -/+ 307 Km atau sekitar 6 – 7 jam perjalanan darat  dan itu saya lewati dengan menggunakan Kerata Api yang jadwal pemberankatannya sekitar pukul 22.00 WIB dan baru sampai pukul 04.00...wow...tapi it’s ok !

Jujur.. penugasan saya di kota Sun Rise of Java  ini menyisahkan sedikit rasa penasaran, khususnya tentang cerita cerita yang terlanjur beredar umum dan bahkan seolah telah menjadi stigma yang  melekat dari kota ini, apa itu ? ya..apalagi kalau bukan soal sisi mistisnya, tentunya masih segar dalam ingatan kita tentang cerita yang sempat viral beberapa waktu yang lalu soal desa penari ? nah itu konon juga ada di Banyuwangi, sehingga seolah cerita ini semakin menambah dag dig dug  hati he he.

Namun semangat dan antusias saya dalam mengemban amanah ini  bisa jadi akhirnya mengalahkan tumpukan “kegalauan” yang menggelayuti fikiran saya, dan pada akhirnya dengan mengucap bismillah mantap saya melangkah menuju bumi blambangan .”Jenggirat Tangi”

O iya..Seminggu setelah resmi bertugas di kota Gandrung ini, saya mendapatkan kiriman paket yang isinya berupa sebuah buku,  buku ini bukan sembarang buku, buku ini luar biasa, bukan hanya karena warna sampulnya yang menarik ( merah he he ) tapi judul dan penulisnya yang membuat saya Jenggirat Tangi, ya..buku ini adalah hasil karya Bapak Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi  dengan judul “ANTI MAINSTREAM MARKETING”

Dari judulnya saja buku ini unik banget, membuat saya bertanya tanya dan tidak sabar untuk segera membacanya, banyak hal yang berkecamuk dalam benak ini, apa sebenarnya isi buku ini? Anti mainstream seperti apa yang di tawarkan beliau? Kira kira adakah relefansi yang bisa saya terapkan dari teori anti mainstream marketing ini untuk pekerjaan saya? Jujur ditengah kesibukan saya sebagai orang baru di kota osing ini, tidak sabar rasanya untuk langsung membacanya,  untuk mengobati penasaran saya,  apa toh anti mainstream marketing ala Pak Bupati ini ?

Sahabat, mungkin kita semua tahu bahwa Banyuwangi ( terutama selama 10 tahun terakhir ini ), tiba tiba menjadi kota yang sangat banyak dijadikan bahan rasan – rasan, bukan karena julukan kota santetnya lho, akan tetapi lebih karena begitu fenomenalnya Banyuwangi saat ini, bahkan di tengah pandemi covid seperti sekarang ini, Banyuwangi relatif  mampu menghadapinya dengan baik, dan salah satu indikatornya adalah dengan adanya kunjungan Presiden Jokowi pada bulan Juli 2020, tentunya hal ini seolah mengisyaratkan bahwa kota festival ini telah siap untuk  jenggirat menyambut new normal.

Sebagai informasi dan perlu diketahui bahwa berdasarkan riset terbaru, mengabarkan kalau sang kota Gandrung ini, menduduki peringkat atas ( bersama Bali ) sebagai daerah piihanan masyarakat untuk destinasi pariwisata di Indonesia setelah masa pandemi ( new normal ),woww..kereen..lagi lagi ini membuktikan betapa menariknya potensi wisata Bumi Blambangan  di mata para wisatawan

Bak serorang artis, Banyuwangi saat ini telah menjelma menjadi selebritis yang sangat terkenal dan viral bukan hanya lokal, regional dan nasional namun sudah ke tingkat internasional, penggemarnyapun bukan hanya dikalangan masyarakat umum, profesional, akan tetapi telah merambah para kaum millenial.

Untuk menjadi Banyuwangi yang cantik dan elok serta viral seperti saat ini, tentunya tidaklah mudah, pasti butuh kerja keras, bahkan sangat keras untuk mewujudkannya, kolaborasi  antara Pemerintah Daerah dan seluruh lapisan masyarakatnya harus diciptakan dan disinergikan ke arah harapan yang di cita citakan, dan untuk mencapai  harapan itu pastinya butuh sosok seorang leader  yang ( tentunya ) bukan kaleng kaleng tapi sosok ini haruslah seseorang yang luar biasa, bukan hanya berbekal kemampuan teknis semata, namun harus mempunyai visi ke depan yang ekstrem dan berani.

Nah inilah salah satu pendorong mengapa saya antusias menuju Banyuwangi, tidak lain karena saya ingin belajar lebih dekat dengan sang fenomenal Banyuwangi siapa lagi kalau bukan Bapak Abdullah Azwar Anas Bupati Banyuwangi saat ini.

 

Mungkin tidak banyak orang yang tahu sebelumnya tentang kota yang juga mempunyai julukan kota pisang ini, konon dulu Banyuwangi lebih di kenal karena nuansa mistisnya, dan ini menjadi salah satu handicap yang secara tidak langsung masuk ke fikiran setiap orang untuk takut ke Banyuwangi.  

Banyuwangi juga tidak begitu terkenal, karena lokasinya yang jauh dari mana mana ditambah lagi dengan aksesnya yang terbatas, bahkan dulu kota penyu ini sempat mempunyai idiom yang kurang nyaman yaitu sebagai tempat orang untuk mampir kencing , bagi orang orang luar Banyuwangi  yang mau masuk atau keluar Jawa, hiiii......

Namun dibalik itu semua, sebenarnya kota Lumbung Padi  ini telah dianugrahi Allah dengan berbagai kelebihan khususnya berupa berkah geografis, di sisi barat  Banyuwangi punya pegunungan,  kemudian lautan di sisi selatan, juga Hutan di bagian utara, belum lagi taman nasional yang mengelilingi kota petualangan ini, dan dengan potensi yang tidak dimiliki setiap daerah ini, mestinya Banyuwangi  bisa menjadi kota yang lebih hidup dan maju, kondisi inilah yang pada akhirnya mengusik dan membuat seorang visoner seperti Bapak Abdullah Azwar Anas merasa perlu dan tertantang untuk membalik semua paradigma negatif  kota Banyuwangi menjadi Banyuwangi yang seperti sekarang ini.

Kesimpulannya adalah, bahwa semua keberhasilan dan capaian Banyuwangi saat ini, terletak pada bagaimana cara menjual  dan memasarkan potensi  Banyuwangi  ini ke khalayak, baik regional, lokal, nasional bahkan masyarakat internasional, dan pasti tentunya itu tidak lah mudah, nah disinilah muncul pemikiran bahwa semua itu harus dilakukan dengan STRATEGI MARKETING, tapi bukan strategi marketing biasa tapi marketing yang tidak biasa, marketing yang anti mainstream....!!!

Ada 20 jurus marketing anti mainstream yang ditawarkan Bapak Bupati di buku ini, namun memang saya tidak membahas satu persatu jurus jurus itu, tapi saya hanya mengambil benang merah yang menurut saya sangatlah penting, apa itu ? bahwa untuk mewujudkan sebuah visi, harapan, cita cita, mimpi atau apapun itu, harus di lakukan dengan point  sebagai berikut :

Ø  Fokus

Ø  Strategi yang unik dan tidak biasa ( out of the box ) atau antimaistream :

o   Jurus Strategi Pemasaran ( marketing strategy )

o   Jurus Inovasi  Pemasaran ( marketing innovation )

o   Jurus Kepemimpinan Pemasaran ( marketing leadership )

 

FOKUS, menjadi Banyuwangi yang sekarang ini, tentunya tidak bisa dilakukan dan tidak mungkin tercapai apabila tidak ada keseriusan dan fokus tentang apa visi dan misi yang diharapkan, semua jajaran mulai dari yang formal ( aparat Pemda ) sampai ke masyarakat (  tokoh agama, pelaku seni, UMKM dll ) semuanya harus komintmen dan FOKUS akan sasaran yang akan di tuju. Dengan FOKUS, maka ibaratnya kita sudah membangun REL yang kuat dan lurus untuk mengarahkan langkah fikiran dan tindakan kita ke satu tujuan, dengan fokus kita tidak gampang terpengaruh dan berubah arah dan terus konsisten menuju goal setting yang telah kita tetapkan.

 

Demikian halnya dengan Banyuwangi, sasaran dan fokus yang di bidik Bapak Bupati sektor PARIWISATA, mengapa? Ya, Karena Pariwisatalah opportunity yang dimiliki Banyuwangi, dan Pariwisata adalah sektor yang paling utama sebagai penghasil multiplier effect yang ujungnya mampu mewujudkan pemerataan kemakmuran, banyaknya wisata yang datang ke Banyuwangi adalah kucuran rezeki yang bisa dinikmati semua kalangan hingga rakyat di akar rumput sekalipun.

STRATEGI, untuk mencapai hasil yang diharapkan, selain harus fokus tentunya harus dibarengi dengan action, namun action ini juga tidak bisa dilakukan secara biasa, kita harus melakukan action ini dengan strategi. Namun strategi yang dipilihpun harus strategi yang tidak biasa pula, dan buku ini menceritakan bahwa keberhasilan Banyuwangi seperti sekarang ini dikarenakan adanya strategi dan cara yang tidak biasa atau anti mainstream, bagaimana mungkin dalam kurun waktu yang relatif singkat bisa merubah citra Banyuwangi menjadi jauh lebih baik, kalau tidak dilakukan dengan Strategi yang ekstrem dan tidak biasa itu kuncinya.

Sahabat semua..apa yang bisa kita pelajari dari buku ini, saya berfikir bahwa, pada dasarnya, apapun pekerjaan kita, apapun peran kita, bahkan apapun posisi kita, apakah kita seorang pemimpin atau bahkan seorang individu, dengan kapasitas besar, sedang, bahkan rendahpun,  pastilah mempunyai tujuan, Keinginan, harapan, cita cita atau mimpi yang harus diusahakan untuk kita capai dalam menjalani kehidupan ini.

Memang tidaklah mudah, itu semua butuh komitmen, dan kerja keras serta memberdayakan segala resourch yang kita miliki, namun itu saja ternyata TIDAKLAH CUKUP semua itu harus dilakukan dengan FOKUS dan melakukannya dengan CARA yang tidak biasa, butuh kolaborasi strategi, inovasi dan mental kepemimpinan yang terus menerus di pertahankan dengan komitmen dan konsistensi tingkat tinggi serta mental seorang leader sejati . Hasil yang luar biasa,  tidak bisa di capai dengan menggunakan cara cara yang biasa, strategi dan cara yang kita lakukan harus luar biasa dan di luar kelaziman, meski itu tidaklah mudah, itulah yang di sebutkan dengan strategi anti mainstream.

Untuk lebih jelas dan detailnya segera dapatkan buku hebat ini, baca serta resapi, mudah mudahan mampu memberi motivasi, wacana serta wawasan baru bagi kita, khususnya dalam hal bagaimana kita meraih mimpi dan tujuan masing masing dengan focus dan cara yang tidak biasa ( anti mainstream )

Terakhir, saya merasa beruntung, bahwa saat ini, selain bisa membaca buku ini, sekaligus berkesempatan belajar langsung dengan penulisnya, Trima kasih Pak Anas atas pencerahannya, terima kasih atas kesempatannya bagi saya untuk “nyantri” langsung di Banyuwangi ini, semoga memberikan berkah buat kita semua..aamiin

salam jenggirat tangi..

                                    

  

Komentar

  1. kulinernya juga luar biasa di Banyuwangi

    BalasHapus
  2. Arek Suroboyo WANI..💪💪💪
    Isun Banyuwangi JENGGIRAT TANGI.💪💪💪

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer